Patuh

Belakangan ini semakin tersadar bahwa ada persiapan yang kadang “terlupa” ketika memutuskan untuk memulai kehidupan bernamakan pernikahan. Persiapan itu adalah kesiapan diri (baik suami maupun istri) untuk patuh. Istri harus mengosongkan gelas egonya, merealisasikan definisi patuh pada Allah dengan cara mematuhi suaminya (dalam hal kebaikan). Pun sama seorang suami, harus menurunkan pula egonya, merealisasikan definisi patuh pada Allah dengan cara menunaikan kewajibannya sebagai qawwam yang baik untuk istri (dan anak-anak)nya.

Banyak sekali cabang dan definisi patuh dalam kehidupan ini, termasuk dalam menjalani kehidupan pernikahan. Dan sekali lagi, ternyata tidak mudah. Bagi sebagian istri, memilih lembut saat suami angkat suara ternyata tidak mudah. Memilih sabar saat pasangan banyak kekurangan ternyata tidak mudah. Tapi Allah menjanjikan surga bagi kita yang mampu melawan ego dan memilih patuh. Bahkan kita bisa memilih lewat pintu surga yang mana saja yang kita mau.

“Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya: “Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau”. (HR. Ahmad)

Tulisan ini hanyalah pengingat untuk diri sendiri, yang baru dua kali putaran mengelilingi matahari hidup bersama sosok bernama suami, tapi kealpaan sudah sangat sering terjadi. Patuh memang tidak mudah, namun lagi-lagi kembali tersadar bahwa patuh terasa sulit karena yang Allah janjikan juga sesuatu yang sangat besar, apalagi jika bukan surga-Nya?

Setiap perjalanan dalam rumah tangga membawa tantangan tersendiri. Ada saatnya kita diuji dengan perbedaan, ada masanya kita harus menelan ego demi menjaga ketenangan bersama. Namun di situlah letak keindahan pernikahan: dua individu belajar untuk tidak hanya hidup bersama, tetapi tumbuh bersama. Setiap hari adalah kesempatan untuk memperbaiki diri, memahami pasangan lebih dalam, dan merangkai kisah yang penuh keberkahan.

Hati yang patuh bukanlah hati yang lemah, tetapi hati yang kuat dalam menghadapi ujian. Kesabaran yang dipupuk akan menjadi pelindung, dan ketulusan dalam mematuhi perintah Allah akan menjadi cahaya yang menerangi langkah. Pernikahan adalah ladang amal yang luas, di mana setiap keputusan, setiap kata, dan setiap tindakan bisa menjadi jalan menuju surga.

Duhai hati, mari terus belajar. Jangan biarkan ego menghalangi kebaikan, jangan biarkan gengsi merusak kebersamaan. Karena pada akhirnya, kebahagiaan sejati ada dalam ketundukan kepada-Nya, dalam kesabaran yang dijaga, dan dalam kasih sayang yang terus tumbuh meski badai datang silih berganti.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *