Recall

Menghadiri prosesi pernikahan ternyata bisa menjadi momen “recall” bagi para “pengantin lawas”. Sebuah kesempatan untuk mengingat kembali janji-janji yang pernah diucapkan di hadapan saksi dan penghulu, janji untuk berjalan bersama dalam suka dan duka, serta janji untuk saling mencintai dalam bingkai ibadah kepada-Nya.

Seperti dalam momen pernikahan salah seorang teman kami kemarin. Dalam khutbah nikah, kami diingatkan kembali makna sakinah, mawaddah, dan rahmah dalam pernikahan. Makna yang seharusnya tidak hanya bergaung di awal-awal pernikahan, melainkan terus menggema sepanjang perjalanan pernikahan. Pernikahan bukan sekadar perayaan satu hari, melainkan perjalanan panjang yang penuh dengan dinamika kehidupan. Ada tawa, ada tangis, ada bahagia, ada pula ujian yang menguatkan.

Diingatkan kembali, bahwa kehidupan pernikahan akan diwarnai fenomena “sawang sinawang”. Melihat rumput tetangga sering kali tampak lebih hijau, seolah kehidupan pernikahan orang lain lebih sempurna dibandingkan yang kita jalani. Namun, sejatinya setiap rumah tangga memiliki ujiannya masing-masing. Maka harus senantiasa melantunkan sabar dan syukur dalam setiap langkah. Bersabar atas segala kekurangan pasangan, dan segera menutupi kekurangan itu dengan samudera kesyukuran. Karena pada akhirnya, kebahagiaan dalam pernikahan tidak hanya datang dari kesempurnaan pasangan, tetapi dari bagaimana kita menerima dan saling melengkapi satu sama lain.

Pernikahan adalah ibadah terlama. Kita bisa menikmati indahnya surga melalui berbagai peluang ibadah di dalamnya, namun juga bisa terperosok ke dalam neraka, jika tak pandai merawatnya. Na’udzubillah… Pernikahan adalah ujian dan anugerah sekaligus. Diuji dengan rasa bosan, diuji dengan perbedaan pandangan, diuji dengan perubahan yang tidak selalu sesuai ekspektasi. Tetapi dalam setiap ujian, ada ruang untuk mendekatkan diri kepada Allah, memperbaiki niat, dan mengokohkan komitmen.

Maka, jika sakinah, mawaddah warahmah hanya familiar untuk pasangan pengantin baru, jadilah pengantin baru setiap saat. Jadikan setiap hari sebagai awal yang baru, dengan memperbaharui niat, membangun kembali rasa cinta, dan terus mencari cara untuk membahagiakan pasangan. Agar sakinah selalu tercurah dalam ketenangan bersama pasangan. Mawaddah senantiasa tergambar dengan cinta dan peluang-peluang ketaatan. Hingga kasih sayang (rahmah) Allah menghiasi setiap lini perjalanan pernikahan.

Pernikahan bukan sekadar tentang bertahan, tetapi juga tentang tumbuh bersama. Saat kelelahan melanda, ingat kembali mengapa dulu memilih pasangan ini sebagai teman perjalanan. Saat kesabaran diuji, renungkan kembali bagaimana Allah menjadikan pernikahan sebagai ladang pahala. Tidak ada pasangan yang sempurna, tetapi ada pasangan yang selalu berusaha memperbaiki diri demi keberkahan hidup bersama.

Selamat merawat cinta dalam koridor ridho-Nya. Semoga setiap detik dalam pernikahan menjadi langkah menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, serta ladang pahala yang mengantarkan kita menuju surga-Nya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *