Pendahuluan
Syukur adalah salah satu bentuk ibadah yang menunjukkan kerendahan hati dan pengakuan bahwa semua kebaikan datang dari Allah ﷻ semata. Allah telah memberikan berbagai nikmat kepada manusia, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'” (QS. Ibrahim: 7)
Namun, seringkali manusia lupa untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan kepadanya. Salah satu nikmat terbesar yang sering diabaikan adalah penciptaan manusia dalam bentuk yang paling sempurna serta anugerah akal yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.
Syukur adalah salah satu bentuk ibadah yang menunjukkan kerendahan hati dan pengakuan bahwa semua kebaikan datang dari Allah ﷻ semata. Allah telah memberikan berbagai nikmat kepada manusia, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'” (QS. Ibrahim: 7)
Namun, seringkali manusia lupa untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan kepadanya. Salah satu nikmat terbesar yang sering diabaikan adalah penciptaan manusia dalam bentuk yang paling sempurna serta anugerah akal yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.
Keistimewaan Manusia Dibanding Makhluk Lain
Allah menciptakan berbagai makhluk dengan tujuan dan perannya masing-masing. Sebagai contoh, seekor tikus diberikan kemampuan untuk bertahan hidup dengan mengonsumsi berbagai jenis bahan, termasuk kayu dan kain. Hal ini terjadi karena mikroflora usus mereka yang unik, yang memungkinkan mereka mencerna berbagai makanan yang tidak dapat dicerna oleh manusia.
Namun, apa yang membedakan manusia dengan tikus dan hewan lainnya?
1. Akal dan Tanggung Jawab Manusia
Allah berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin: 4)
Manusia diberikan akal untuk memahami, merenung, dan bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan, termasuk makanan yang halal dan baik untuk kesehatan. Dengan akal, manusia dapat membedakan yang baik dan buruk serta memiliki tanggung jawab untuk menjaga bumi sebagai khalifah.
2. Perbedaan Sistem Pencernaan dan Nikmat Makanan
Tidak seperti tikus yang dapat mencerna bahan-bahan keras, manusia diberi kemampuan untuk memilih dan mengonsumsi makanan yang baik dan halal. Allah berfirman:
“Wahai manusia, makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi…” (QS. Al-Baqarah: 168)
Hal ini menunjukkan bahwa makanan yang dikonsumsi bukan hanya sekadar kebutuhan fisik, tetapi juga bagian dari ibadah dan tanggung jawab kita sebagai hamba Allah.
3. Manusia Sebagai Makhluk Mulia yang Harus Bersyukur
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Allah ridha kepada seorang hamba yang makan sesuatu lalu ia memuji Allah, atau minum sesuatu lalu ia memuji Allah.” (HR. Muslim)
Bersyukur bukan hanya diucapkan dengan lisan, tetapi juga diwujudkan dalam perbuatan dan ketaatan kepada Allah. Salah satu bentuk syukur terbesar adalah menjaga tubuh dan kesehatan, memilih makanan yang baik, serta melaksanakan ibadah dengan sebaik-baiknya.
Kesimpulan
Sebagai manusia, kita harus selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan. Kita memiliki akal untuk memahami dan menjalankan perintah-Nya, serta kemampuan untuk memilih makanan yang halal dan baik. Berbeda dengan makhluk lain, manusia memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk menjaga keseimbangan di bumi.
Allah berfirman:
“Dan bersyukurlah kalian atas nikmat Allah, jika kalian benar-benar menyembah kepada-Nya.” (QS. An-Nahl: 114)
Semoga kita semua senantiasa menjadi hamba yang bersyukur, memahami nikmat penciptaan, dan menggunakan segala pemberian Allah dengan sebaik-baiknya untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
